Sejak SD (Sekolah Dasar) aku suka menulis, sering mengikuti ajang perlombaan mengarang antar SD menjadikan bakat itu semakin terasah dan semakin menjiwa dalam diri. Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang paling kusuka, setiap ada tugas menulis puisi, mengarang bebas hingga ujian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia menjadi momen yang menggembirakan bagiku.
Namun kegemaranku dalam menulis sempat terhenti saat di tingkat SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Pelajaran-pelajaran Teknik Elektro yang kupelajari perlahan mengikis hobi dalam menyusun kata-kata. Namun bakat itu kembali muncul dan memotivasi justru saat aku menulis Tugas Akhir untuk menyelesaikan pendidikan Diploma dan Skripsi Sarjana. Saat dihadapkan dengan beragam aturan-aturan penulisan yang rumit, aku justru kembali "kangen" dengan cara menulis bebas tanpa beban saat menyelesaikan tugas mengarang ketika SD.
Dengan aturan super baku yang diterapkan dalam menyelesaikan skripsi, aku berpikir "Ngapain harus se rumit ini? bukankah yang paling penting isi dari karya tulisnya?". Beberapa kali aku mencoba mengutarakan pendapat dan argumen pada sang pembimbing skripsi tentang seberapa penting sih aturan itu?, sayangnya aku bukanlah siapa-siapa untuk menjadi alasan mereka mengubah peraturan penulisan. ya, mau gimana, sebagai mahasiswa yang hanya tinggal menyelesaikan satu tantangan lagi untuk dapat memakai baju toga (ini yang menginspirasiku untuk menulis novel "Sarjana Tanpa Toga"), aku harus ikut saja arus ke mana pun arahnya. Satu-satunya yang bisa kulakukan adalah segera menyelesaikan penulisan skripsi dengan mengikuti segunung aturan bakunya, lalu segera menulis bebas kembali sebuah karya novel yang idenya sudah muncul saat tiga hari setelah terjadinya Tsunami Aceh.
Untaian Kalimat Cinta adalah novel pertama yang kutulis dengan 50% merupakan pengalaman yang kualami, 50%-nya lagi merupakan fiksi yang kukaitkan untuk memberikan kesan dan pesan kehidupan yang sarat makna, mulai dari impian, cita-cita, perjuangan, pengorbanan, cinta, persahabatan, hingga tetesan-tetesan air mata yang harus mengalir dalam sabar dan tawakkal hingga mencapai sesuatu yang diinginkan dengan cara di luar nalar.
Setelah sukses dengan novel Untaian Kalimat Cinta, aku mulai lanjutkan dengan menulis novel Permintaan Hati dan Sarjana Tanpa Toga. Khusus novel Sarjana Tanpa Toga, terinspirasi dari pengalaman pribadi ditambah keluhan dan rintihan teman-teman lainnya serta berita-berita di media massa yang menggambarkan bagaimana seorang yang cerdas bisa gagal sarjana hanya gara-gara titik dan koma.
Website ini tercipta sebagai mediaku untuk berbagi informasi, ilmu dan pemikiranku terhadap sesuatu yang bisa bermanfaat bagi banyak orang. Banyak membaca adalah kunci utama untuk tahu apa yang akan kutulis. karena itu melalui website ini, aku juga akan sharing apa saja buku yang kubaca dan akan me-review buku-buku tersebut hingga menjadi ilmu dan informasi yang berguna bagi semua pembaca.
Salam Literasi
Karken


0 Komentar