Masjid Abubakar

Jika kamu mengunjungi Masjid Nabawi di Madinah, kamu akan menemukan tiga masjid yang letaknya saling berdekatan dan tidak jauh dari Masjid Nabawi. Salah satu diantara tiga masjid tersebut adalah Masjid Abubakar yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini.

Kota Madinah, merupakan salah satu icon peradaban Islam. Sebagai titik awal fondasi peradaban Islam, banyak berdiri bangunan-bangunan bersejarah di Kota Suci ini. Di Indonesia biasanya untuk mengenang dan menghargai jasa seseorang atau mengingat tentang suatu peristiwa yang pernah terjadi, maka akan diberikan nama jalan dengan nama orang tersebut, atau mendirikan monumen pada lokasi terjadinya suatu peristiwa yang bersejarah.

Berbeda dengan Arab Saudi, di sini untuk menghargai jasa seseorang atau mengenang suatu peristiwa besar yang pernah terjadi, mereka sering mendirikan masjid. Begitu pula dengan didirikannya Masjid Abubakar ini.

Pendirian Masjid Abubakar

Ada dua riwayat yang menceritakan tentang pendirian masjid Abubakar ini. Riwayat yang pertama menceritakan bahwa awalnya masjid ini merupakan mushala Khalifah Abubakar As-Siddiq. Sehingga hal inilah yang mendasari penamaan Masjid tersebut.

Adapun riwayat kedua menceritakan bahwa di lokasi masjid ini, dulunya ummat muslim pernah menunaikan Shalat Id bersama Abubakar As-Siddiq dengan Rasulullah sebagai imamnya. Berdasarkan penjelasan dari dua riwayat ini, dapat kita simpulkan bahwa masjid ini didirikan berlandaskan sejarah dan peristiwa yang pernah terjadi di lokasi tersebut.

Walaupun statusnya sebagai masjid, namun tidak ada pelaksanaan ibadah Shalat Jum'at di masjid Abubakar ini, Ibadah Shalat Jum'at hanya dilaksanakan di Masjid Nabawi. Masjid ini terletak hanya 335 meter dari masjid Nabawi.

Pembangunan masjid Abubakar ini dimulai pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, yaitu pada tahun 50H. Renovasi terus dilakukan seiring dengan perjalanan waktu hingga gaya arsitekturnya seperti yang kita lihat saat ini. Renovasi terjadi sekitar tahun 1240H-1250H, yaitu pada masa Sultan Mahmud Khan Al-Utsmani (Sultan Mahmud II). Pada masa Raja Fahd di tahun 1441H dilakukan perbaikan tambahan namun dengan tetap menjaga desain arsitektur asli yang tidak berubah.

Gaya Arsitektur

Masjid Abu Bakar ini berbentuk segi empat. Panjang rusuknya 9 meter. Dinding masjid ini dibuat menggunakan batu basal hitam, bagian dalamnya menggunakan cat berwarna putih.

Masjid ini memiliki sebuah kubah besar berwarna putih dan sebuah menara azan yang juga terbuat dari batu basal. Puncak menaranya berbentuk kerucut, terbuat dari bahan tembaga dan bagian atasnya berbentuk bulan sabit.

Jika kamu ingin masuk ke dalam masjid ini, akses masuknya ada di sebelah selatan, jalan masuknya langsung membawa kamu ke area salat. Mihrabnya ada di tengah dinding masjid sebelah selatan dengan tinggi +- 2 meter. Luas cekungan mihrabnya sekitar 80cm.

Sebuah teras dengan panjang mencapai 13 meter dan lebar 6 meter ada di sebelah timur. Di sisi dinding bagian timur ini dilapisi dengan batu hitam dan terdapat kubah serta menara yang berwarna putih.

Paduan warna yang khas dan serasi ini tampak cukup menawan terutama saat menjelang petang. Saat matahari hampir terbenam, cahaya matahari yang kuning keemasan menyinari masjid ini hingga semakin menambah kesan estetika bangunan indah. Masjid ini menjadi salah satu tempat yang menjadi favorit para jamaah haji dan umrah dari seluruh penjuru dunia.


0 Komentar